Warok
ponorogo
1. Sejarah Warok
Dulu
pada abad ke XV Ponorogo itu bernama Wengker yaitu daerah kekuasaan Majapahit
yang waktu itu dipimpin Prabu Brawijaya ke V. Wengker pada waktu dipimpin oleh seorang
demang yang bernama Ki Ageng Suryongalam atau Ki Ageng Kutu karena tinggal di
desa Kutu – Jetis, orang yang sakti mandraguna. Wengker itu, jaman
dulu mesti harus asok peti ke penguasanya yaitu Majapahit. Tapi Ki
Demang agak mbelot, sudah beberapa tahun tidak mau menghadap dan kirim
upeti. Mesti saja Sang Raja ngamuk dan segera menyuruh utusan untuk
mengklarifikasi hal itu. Sebagai utusan adalah kebetulan putranya sendiri yaitu
Lembu Kanigoro. Segera Sang Pangeran berangkat menuju ke Wengker, tapi rupanya
Sang Pangeran berkunjung dahulu di tempat kakaknya y
aitu Raden Patah yang menjadi Sultan di Demak. Di situ sempat belajar tentang taktik perang dan agama Islam. Lembu Kanigoro ini pintar dan cepat menjadi ahli, setelah memeluk agama islam Lembu Kanigoro berganti nama menjadi Bethoro Katong atau Raden Katong. Berikut, lalu meneruskan perjalanannya ke Wengker ditemani abdi bernama Selo Aji. Setelah tiba disana, kebetulan bertemu dengan seorang muslim taat yang bernama Ki Ageng Mirah. Dari situ Raden Katong menyusun kekuatan untuk bertemu dengan Ki Ageng Kutu dengan baik-baik tapi tetap saja menolak dan malah melawan utusan ini. Akhirnya terjadilah perang tanding adu kesakten dan Raden Katong megalami kekalahan. Begitu dengan cara menikahi puteri pertama Ki Demang yang bernama Niken Sulastri barulah bisa mengalahkannya, yaitu dengan cara mengambil pusaka saktinya Kyai Puspitorawe.
aitu Raden Patah yang menjadi Sultan di Demak. Di situ sempat belajar tentang taktik perang dan agama Islam. Lembu Kanigoro ini pintar dan cepat menjadi ahli, setelah memeluk agama islam Lembu Kanigoro berganti nama menjadi Bethoro Katong atau Raden Katong. Berikut, lalu meneruskan perjalanannya ke Wengker ditemani abdi bernama Selo Aji. Setelah tiba disana, kebetulan bertemu dengan seorang muslim taat yang bernama Ki Ageng Mirah. Dari situ Raden Katong menyusun kekuatan untuk bertemu dengan Ki Ageng Kutu dengan baik-baik tapi tetap saja menolak dan malah melawan utusan ini. Akhirnya terjadilah perang tanding adu kesakten dan Raden Katong megalami kekalahan. Begitu dengan cara menikahi puteri pertama Ki Demang yang bernama Niken Sulastri barulah bisa mengalahkannya, yaitu dengan cara mengambil pusaka saktinya Kyai Puspitorawe.
Kembali
ke belakang, pada saat Ki Ageng Suryongalam (Ki Kutu) menjadi Demang di daerah
Wengker, beliau mendirikan perguruan-perguruan kanuragan yang mengajarkan
ilmu-ilmu kesaktian dan kebatinan, muridnya banyak dan rata-rata menjadi sakti
mandraguna. Itu dikarenakan ilmu yang diajarkan Ki Ageng, siapa yang mampu bertapa
brata dan menghindari perempuan maka akan sempurna ilmu kesaktiannya.
Setelah
Ki Ageng Kutu ini kalah dan mangkat para pengikut dan murid-muridnya
dikumpulkan oleh Raden Katong diarahkan untuk menjadi Manggala Negeri demikian
juga dengan tempat-tempat perguruan tersebut dijadikan tempat untuk
menggembleng para pemuda, guna menjadi satria-satria untuk pertahanan daerah
yang yang baru didirikan yaitu Bumi Ponorogo, dan Raden Bethoro Katong menjadi
Bupati pertamanya. Para manggala sakti inilah yang pada akhirnya disebut Warok,
yaitu para satria yang patriotik untuk belo negeri dan berbudi
luhur, berwatak jujur, bertanggung jawab, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain. Suka bekerja keras tanpa pamrih, adil dan tegas, banyak ilmu,
kaweruh luhur dan tentunya sakti mandraguna.
2. Aksesoris Warok
Warok
Muda
|
Warok
tua
|
Udeng iket gadung mondolan
|
Udeng iket modang mandolin
|
Baju Waktung
|
Baju waktung+ baju putih
|
Celana panjang hitam kombor
|
Celana panjang hitam kombor
|
Jarik
|
Jarik
|
Stagen cinde
|
Stagent cinde
|
Epek timang
|
Epek timang
|
Kolor
|
Kolor
|
Keris gabel
|
Keris gabel
|
Tongkat
|
|
Jam kantung/ gandul/ saku
|
|
Sandal kosek/ tlumpan
|
|
Wok
|
Udeng iket Stagen
Cinde
Kolor
Jarik
No comments:
Post a Comment